Kata Christmas mempunyai arti Mass of Christ yang kemudian disingkat
menjadi Christ-Mass. Versi yang lebih pendek lagi Xmas pertama kali
dipakai di Eropa pada tahun 1500-an, berasal dari abjad Yunani, X adalah
huruf pertama dari Xristos (Kristus) juga X merepresentasikan salib,
jadilah "X-Mass".Christmas dirayakan orang-orang diberbagai belahan bumi
pada tanggal 25 Desember, tetapi sebenarnya Yesus tidaklah lahir pada
25 Desember.
Pada masa awal kekristenan, bangsa Romawi yang masih menganut
kepercayaan pagan merayakan Saturnalia untuk menyembah dewa Saturnus
(dewa panen) dan Mithras (dewa terang/sinar), suatu bentuk dari
penyembahan matahari yang berasal dari Syria seabad sebelumnya. Perayaan
Saturnalia ini diadakan tepat setelah winter solstice, hari pertama
musim dingin (winter), juga merupakan siang hari terpendek dan malam
hari terpanjang sepanjang tahun. Solstice berarti "sun standing still",
matahari tetap berdiri, untuk menyatakan bahwa musim dingin tidaklah
selamanya, hidup terus berlangsung, suatu undangan untuk tetap dalam
semangat yang baik.
Orang-orang Kristen pada masa itu menyamarkan perayaan winter solstice.
Pada saat orang-orang Romawi dengan meriah merayakan Saturnalia, maka
orang-orang Kristen berkumpul bersama di dalam sebuah rumah bersekutu
dan mengadakan kebaktian untuk merayakan kelahiran Yesus.
Pada tahun 274M solstice jatuh pada tanggal 25 Desember. Kaisar Romawi
pada waktu itu, Aurelian, memproklamirkan tanggal itu sebagai "Natalis
Solis Invicti", perayaan kelahiran matahari yang perkasa. Pada tahun
320M Paus Julius I menyatakan tanggal 25 Desember sebagai tanggal resmi
kelahiran Yesus. Pada tahun 325M Kaisar Constantine the Great, kaisar
Romawi pertama yang beragama Kristen, yang menginginkan seluruh
kekaisaran menjadi Kristen, merubah perayaan solstice menjadi Christmas.
Secara resmi dirayakan sebagai kelahiran Yesus Kristus.
Lebih dari 1000 tahun kemudian, perayaan Christmas mengikuti ekspansi
kekristenan ke seluruh Eropa dan Mesir. Sepanjang waktu itu perayaan
Christmas tercampur dengan pesta pora kepercayaan pagan, tukar menukar
kado yang sebelumnya marak pada perayaan Saturnalia juga menjadi tradisi
Christmas, berbagai macam ritual menyambut musim dingin menjadi suatu
tradisi yang panjang dalam merayakan Christmas.
Sebenarnya banyak penolakan terhadap Christmas, pada tanggalnya yang
mengambil tanggal perayaan Saturnalia, ataupun juga pada toleransi
terhadap tradisi pagan yang ikut serta dalam perayaan Christmas. Pada
masa Reformasi Gereja di abad ke 16 orang-orang Protestan menentang
otoritas Gereja Katolik, termasuk Christmas yang sarat dengan tradisi
pagan. Pada abad ke 17 kaum Puritan melarang Christmas di Inggris dan
beberapa koloni Inggris di Amerika Utara karena mereka merasa Christmas
berisi berbagai kegiatan yang tidak berguna seperti judi, pesta pora dan
makan minum sepuasnya, bersaing dalam kemewahan.
Pada masa kini orang-orang bahkan banyak yang tidak mengetahui asal mula
penentuan tanggal 25 Desember, yang diketahui pada waktu ini adalah
merayakan kelahiran Yesus Kristus. Atau bahkan mungkin juga sudah bukan
lagi merayakan kelahiran Yesus Kristus tetapi merayakan kedatangan
Santa Claus dari mall dan plaza, maksudnya cerobong asap membagi hadiah J.
Berbagai kebaktian diadakan di gereja gereja pada malam menyambut
Christmas, biasanya disertai renungan makna kelahiran Yesus bagi kita.
Tetapi itu di dalam gereja, di luar itu, apakah kita masih merenungkan
makna Natal atau lebih sibuk berbelanja dalam musim diskon yang luar
biasa ini dan berlibur keluar kota dalam libur panjang? |