|  | 
| "udin sedunia" | 
Salah satu watak kreativitas adalah "menarik perhatian". Semakin  banyak orang tertarik, kian berhasillah pekerjaan seorang kreator. Tentu  saja, salah satu kelebihan para kreator adalah caranya memandang sebuah  hal yang berbeda dengan cara pandang awam. Jika ia memandang sama  dengan cara pandang orang kebanyakan, tentu karyanya tak akan dipandang,  jika dilihat pun pastilah hanya akan dipandang sebelah mata. Lantaran pandangannya yang "lain" itulah, kerap karya seorang kreator dianggap 
nyeleneh,  tidak lazim. Tetapi, begitulah, kalau lazim tentu tak dilirik orang.  Sudah jamak, karya yang dilirik tentu memiliki sifat unik, lain dari  yang lain. Konsekuensinya, tentu saja ada yang suka dan ada yang  membencinya.
Ya seperti lagu "Udin Sedunia" karya Sualudin yang  orang Lombok itu. Udin tentu telah memeras otak agar dirinya dikenal  supaya lagunya lain dari yang lain, dan sudah pasti menarik perhatian  yang mendengarkannya.
Tetapi, siapa sangka, lagu yang sudah  diunggah di YouTube dan mulai dikenal secara luas itu mengundang  kontroversi. Lagu "Udin Sedunia" dianggap menyinggung orang lain.
Bahkan,  KPID NTB meminta lembaga penyiaran radio dan televisi untuk melakukan  sensor internal ketat dan tidak menyiarkan lagu atau videoklip "Udin  Sedunia" sebelum menghilangkan tiga kata tersebut, yakni "Sarafudin",  "Sapiudin", dan "Tahirudin".
"Lirik tersebut bertentangan dengan  Pasal 7 dan 9 Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran  tentang Penghormatan terhadap Nilai-nilai Kesukuan, Agama, Ras, dan  Antargolongan serta Penghormatan terhadap Norma Kesopanan," katanya.
"Pasal  tersebut juga menegaskan agar isi siaran dilarang memperolok,  merendahkan, melecehkan, atau mengabaikan nilai-nilai agama serta  martabat manusia Indonesia," kata Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia  Daerah Nusa Tenggara Barat (Wakil  Ketua KPID NTB) Sukri Aruman di  Mataram, Selasa (22/3/2011).
Menurut dia, kesimpulan tersebut  diambil dalam rapat pleno yang melibatkan Ketua MUI Prof H Saiful Muslim  MM; budayawan atau seniman Mustakim Biawan dan HL Agus Fathurrahman;  serta pakar komunikasi dan dosen IAIN Mataram, Dr Kadri MSi.
Kepengin tahu liriknya? Simak di bawah ini.
"Udin Sedunia"
Ini lagu tentang sebuah nama 
Kata orang Udin nama kampungan 
Jadi lagu enak juga didengar 
Kalau gak percaya simak dengan seksama
Udin yang pertama namanya Awaludin 
Udin yang suka di kamar namanya Kamarudin 
Udin yang hidup di jalanan namanya Jalaludin 
Udin penggembala namanya Sapiudin
Udin Udin namamu norak tapi terkenal 
Udin Udin walaupun norak banyak yang suka hahahaha...
Udin yang sering ke masjid namanya Alimudin 
Udin yang rajin berdoa namanya Aminudin 
Udin yang agak stres namanya Sarapudin 
Udin yang tidak stres namanya Sadarudin
Udin Udin namamu norak tapi terkenal
Hmmm...  sial benar si Sualudin. Baru saja nongol, namanya sudah dipentungi  kanan kiri. Padahal, sejak awal lagu itu cuma ingin mengajak  pendengarnya ber-
haha-
hihi saja, tanpa pretensi  menyinggung siapa pun. Toh lagu tentang nama ini juga sudah kerap  dipakai oleh para pencipta lagu sebelum Sehabudin.
Terlebih nama  si pencipta dan penyanyinya juga Udin. Boleh jadi, dia memang hendak  mengolok-olok dirinya sendiri, seperti halnya Tukul Arwana.
Tetapi,  begitulah, ternyata karya Sualudin harus berhadapan dengan institusi  bernama Komisi Penyiaran Indonesia Daerah yang mengawasi ihwal karya  yang berhubungan dengan masyarakat. Seperti kita tahu, vonis buat "Udin  Sedunia" sudah dijatuhkan, lagu ini melanggar aturan!
Kita tunggu  saja kisah apa yang akan terjadi setelah ini. KPID NTB punya kebijakan,  masyarakat juga punya caranya sendiri untuk menilai, apakah "Udin  Sedunia" menyakiti perasaan orang bernama Udin atau bahkan malah bisa  menghiburnya.
sumber:kompas.com 
cpopon